Minggu, 07 Agustus 2016

Seandainya semua mulut berani memuntahkan apa yang memenuhi hati, 
Aku yakin tidak semua jiwa mampu meresap apa yang didengar oleh telinga.
Terkadang, kenyataan memang getir, sepahit kombinasi jus pare, mengkudu dan empedu.

Apa yang sedang kau dengar dengan hatimu ini, adalah keadaan yang mungkin sedang menimpa perasaan orang yang sedang ada di sampingmu --yang kau pikir baik-baik saja. Orang yang kau kira masih mencintaimu seperti dulu.

Seseorang yang baru saja kau kecup bibirnya dengan hebat, 
Seseorang yang belum lama (tampak) memelukmu dengan liar 
Mungkin sudah tidak ada di situ. 
Pikirannya mengembara, jiwanya melalangbuana nan jauh di sana.

Dia bisa melakukan hal- hal yang menyenangkanmu --dan kau sebut itu cinta.
Padahal baginya hanyalah sekedar rutinitas kosong untuk menuntaskan kebiasaan.
Tidak ada api, tidak ada nyawa.

"Ya, persoalan bersama adalah pilihan. Persoalan mencinta? Itu di luar kendali"

"Bertahan itu keputusan. Persoalan menghidupkan lagi bara renjana itu di luar kuasa"

Jujurlah pada diri sendiri.

Ada berapa ribu perasaan yang tertawan oleh "karena sudah terlanjur" ?
Kau termasuk?

Berapa banyak batin yang dirajam oleh keadaan "karena sudah terlalu jauh" ?
Kau salah satunya?

Kau masih ingin dalam hubungan itu?

Satu dari sekian ribu orang yang membaca larik ini adalah orang yang sedang menjalin hubungan
tapi tidak berada dalam hubungannya. Orang itu sedang menunggu seseorang memecahkan balon-balon gundah yang berisi berbagai pertanyaan.

Hei, kamu. bisa jujur sebentar saja?
(tak apa setelah ini kau bersandiwara seperti biasa)

Cinta itu masih ada?
Rindu itu masih tumbuh?
Perhatian itu masih merekah?
Kebutuhan itu masih penuh?
Yang terpenting, bahagiakah?

Ya, yang terpenting adalah bahagia.
Terserah, jika dengan berpura-pura bahagia juga adalah kebahagiaan.
Terserah, jika dengan membunuh kebahagiaan juga adalah kebahagiaan.

"Yang penting kau bahagia"

ppt UAS